Antara Akal dan Hati Kebebasan Berfikir dan Kekuatan Cinta

Santri.id – Manusia diciptakan dengan dua hakikat yang begitu agung, yakni akal dan hati. Keduanya memiliki tugas yang tidak dapat dikerjakan oleh bagian ciptaan Allah manapun dalam diri manusia. Keduanya adalah wasilah untuk tercapainya kesuksesan dalam perkara duniawi dan perkara akhirat.

Akal bertugas untuk memahami segala hal sesuai dengan hakikatnya. Akal mampu menyingkap hal-hal yang tersembunyi di balik hal-hal yang kasat mata; oleh karena itu akal mampu untuk memahami kewujudan Allah, dan akal sampai pada keyakinan akan keesaan dan ketuhanan Allah yang mutlak.

Hati bertugas membuntuti akal. Hatipun mencintai hal yang baik sesuai dengan yang akal pahami, dan hati membenci segala hal buruk sesuai dengan yang akal ketahui (tentunya di dalam koridor syariat). Seluruh tindakan tersebut kemudian dilakukan semata untuk menggapai ridha Allah dan menjalankan syariatNya.

Akal dan hati memiliki peranan yang vital dalam merealisasikan tatanan kehidupan yang selaras dan normal. Tanpa akal, dorongan hawa nafsu tidak akan dapat dibedakan dengan keinginan luhur hati, nilai bajik dan buruk bercampur aduk tanpa ada batas pembeda.

Tanpa hati, kebajikan hanya akan terhenti pada dimensi khayalan belaka. Kebaikan dan nilai-nilai luhur tidak akan pernah ditemukan dalam bentuk nyata yang tercermin dalam prilaku dan tindak-tanduk manusia, kebajikan dan nilai-nilai luhur hanya teori yang utuh dan tak bertuan.

Kesimpulannya adalah, akal merupakan kemampuan untuk menyingkap segala perkara yang berada di hadapan manusia, dan membuat planing untuk merealisasikan segala yang telah akal capai. Hati adalah kekuatan lain yang bertugas untuk memotivasi dan menggerakkan anggota tubuh untuk merealisasikan segala hal yang akal canangkan.

Hal ini dapat anda lihat pada dua kenyataan yang berbeda dalam dua kasus yang sama.

Pada dekade tertentu Amerika menemukan sebuah fakta buruk tentang minuman keras. Dengan bekal akal, mereka mampu menyingkap sisi-sisi negatif yang ditimbulkan oleh minuman keras. Kenyataan ini membuat Amerika mengeluarkan undang-undang tentang larangan beredarnya minuman keras.

Namun peraturan ini tidak dapat bertahan lama. Selang beberapa waktu, peraturan ini dihapus dan dibekukan. Mirisnya, peraturan ini dihapus bukan lantaran adanya protes dari masyarakat setempat, para perumus undang-undang itulah yang memutuskan untuk membekukan dan menghapus undang-undang tersebut.

Jauh sebelum Amerika, Islam telah melarang konsumsi dan peredaran minuman keras. Ajaibnya, larangan ini ditujukan pada komunitas masyarakat yang sudah terbiasa mengkonsumsi minuman keras, sehingga bagi mereka minuman keras tak ubahnya seperti udara yang setiap harinya mereka hirup. Tidak ada meja makan tanpa minuman memabukkan ini.

Namun mukjizat al-Qur’an merubah mereka hanya dengan beberapa kata. Tatkala mereka mendengar ayat yang berbunyi

فهل أنتم منتهون؟

Tidakkah kalian akan berhenti (dari meminum minuman keras)?

Seluruh kendi-kendi minuman keras ditumpahkan, dipecahkan dan terdengar teriakan

“kami telah berhenti Ya Rab”.

Minuman keras yang sudah menjadi bagian hidup mereka, mereka tinggalkan dalam hitungan detik. Minuman yang dulu menjadi primadona kini telah menjadi minuman yang menjijikkan dan hina. Adat yang telah mengakar kuat, luntur begitu saja dalam hitungan detik.

Lantas apa yang membedakan antara Amerika yang mampu menemukan sisi negatif minuman keras dan umat Islam yang hanya mendapat larangan tanpa ada penjelasan akan sisi negatif minuman keras terlebih dahulu?

Pembedanya adalah Amerika hanya mampu menyingkap sisi buruk minuman keras tanpa ada keyakinan dan dorongan hati. Sedangkan umat Islam terlebih dahulu memantapkan dalam hati dan jiwa mereka akan kebenaran firman Allah dan cinta mereka telah kokoh dalam hati; sehingga saat larangan turun, mereka telah siap jiwa dan raga untuk meninggalkan semua yang Allah larang , dan kita semua tahu bahwa hati adalah kontrol terhadap seluruh anggota tubuh manusia.

Tulisan ini diambil dari kitab من الفكر والقلب Karya Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthy

Originally posted 2022-04-25 16:50:55.

Leave a Reply

Your email address will not be published.